Lagu Mars

Hari itu awal bulan Juni di tahun 2019. Masa-masa sebelum pandemi. Kegiatan sedang banyak-banyaknya seperti biasa. Aku menerima sebuah pesan singkat dari Pak Kawil (Ketua Wilayah). “Mas jangan lupa ikut lomba mars paroki, paling lambat tanggal 23”, katanya. Kujawab saja dengan singkat, “Nggih pak (Baik pak)”. Dan seperti biasa pesan itu masuk sebagai wacana agenda, yang saat itu belum terpikirkan akan seperti apa. Paroki tempatku berada memang masih baru, dan belum memiliki lagu mars resmi.

Aku bukanlah pencipta lagu atau seseorang yang ahli di bidang permusikan. Hanya seorang yang gemar menikmati berbagai macam genre musik. Dari kecil, aku sudah terbiasa mendengar musik dari alunan tape kaset bapak. Bapakku memang seorang yang gemar mendengarkan musik. Saat SMA, aku mulai diajak aktif dalam grup paduan suara gereja. Mulailah belajar membaca not angka dan berusaha menikmati harmoni suara. Dari situlah ketertarikan untuk mempelajari berbagai alat musik muncul. Namun ya, dasarnya tidak berbakat, keahlian memainkan alat musik, hanya sebatas ‘bisa’ saja.

Kembali teringat pesan Pak Kawil untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan Mars Paroki. Tidak mudah untuk mencari inspirasi membuat lagu. Apalagi aku bukanlah arranger ataupun pencipta lagu. Berbekal video-video dari Youtube dan hasil selancar di Google, aku pun mempelajari bagaimana ciri khas lagu mars. Mulai dari hitungan biramanya, temponya, bahkan hingga progresi chord yang lazim.

Kadang aku sering bersenandung saat dalam perjalanan. Dan jika senandung tersebut melekat di kepala, aku berhenti di pinggir jalan, untuk merekam senandungku di dalam voice note, sebelum melanjutkan perjalanan. Hal itu terjadi berulang kali.

Tanggal 19 Juni 2019, batas waktu tinggal 4 hari. Akhirnya aku mencoba mendengarkan kumpulan voice note yang telah tersimpan. Dan mulai menulis notasi perlahan-lahan. Tidak lupa dengan tetap memperhatikan progresi chord ciri khas lagu mars. Salah satu ciri khas lagu mars adalah tempo berderap (marcia) dan penggunaan chord mayor dari minor sebagai penegas. Biasanya memayorkan chord ii (menjadi II) dan iii (menjadi III).

Salah satu yang menjadi ciri khas lagu ini bisa dilihat pada baris kedua (birama ke-6). Yaitu penggunaan progresi IV-V-III-vi dengan notasi yang meningkat (fa-sol-sel-la) membuat energi menyanyi ikut meningkat. Progresi ini juga digunakan lagi dalam baris kedua refren. Tentu saja aku membutuhkan bantuan gitar dan piano untuk merasakan ‘nyawa’ dari notasi tersebut.

Satu hari selesai menulis notasi angka dan chord.

Hari berikutnya, di sela kegiatan di kantor, aku mencoba menulis lirik. Ini salah satu yang berat, karena tidak ada kisi-kisi lirik dalam lomba kali ini. Aku membuat lagu ini terbagi menjadi 2 bait – 1 refren – 1 bait akhir coda.

Bait pertama berisi pengenalan akan Paroki Santo Petrus Warak yang berada di wilayah Sleman. Dilanjutkan baik kedua yang menggabungkan unsur-unsur slogan Sleman Sembada dengan dasar hidup menggereja. Refren berisi penegasan dan ajakan kita sebagai umat beriman untuk senantiasa mendukung gereja. Bait terakhir berisi doa dan harapan, melalui santo pelindung, Santo Petrus.

Hanya dalam waktu setengah hari, lirik akhirnya berhasil dibuat, dengan berulang kali penyesuaian dengan notasi dan progresi. Lalu dilanjutkan dengan pengetikan naskah dari draft yang sudah dibuat. Malam harinya, aku menuju ke rumah Pak Kawil, untuk menitipkan naskah lagu agar bisa dikumpulkan ke panitia.

Selesailah tugasku, yaitu ikut berpartisipasi dalam lomba kali ini.


Dua minggu kemudian, Pak Kawil meneleponku. Hanya untuk memberi selamat, bahwa ternyata lagu ciptaanku mampu menjadi yang terbaik di antara 8 naskah lainnya. Kaget dong, apalagi setelah tahu bahwa beberapa musisi handal di lingkup paroki juga turut mengirimkan naskah. Belum lagi tiga dewan juri yang sudah dikenal sudah malang melintan di dunia permusikan gereja. Ini adalah bonus.

Pemberitahuan resmi dikabarkan oleh Pengurus Dewan Paroki, yang ingin juga memohon persetujuan untuk sedikit memodifikasi lirik, atas saran dewan juri. Terima kasih kuucapkan kepada gereja yang sudah memberi kesempatan yang baik untuk dikenang.


NB: Ternyata masih ada penulisan chord yang keliru. Baris kedua, birama 9 harusnya diawali chord V atau G (do=C)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *