Rem Blong

Tenanan iki. Bukan sebuah frasa yang menyiratkan arti yang lain. Aku sedang mengalami rem blong, literally.

Bermula dari suatu sabtu yang berjalan seperti biasa. Bangun siang, glundang glundung di kasur bersama istri yang kebetulan libur juga. Hingga akhirnya tugas akhir pekan menyambangi. Mengantar Bapak ke rumah sakit.

Bapakku adalah seorang penderita gagal ginjal. Hal ini membuat beliau harus menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu. Selamanya. Dan sabtu itu seperti biasa aku mengantarkan Bapak, yang selalu didampingi Ibu, ke rumah sakit.

Hujan lebat sudah mengguyur perkampungan tempat kami berada. Untungnya kami sudah memiliki mobil bekas yang lebih dari cukup untuk standar kami. Aku menyetir dengan sangat hati-hati. Maklum, aku punya kelemahan jarak pandang di mataku. Jadi kalau hujan deras seperti sedang menerjang badai berkabut.

Kami sampai di rumah sakit tanpa kendala. Tidak terlambat, malahan termasuk datang awal. Karena banyak yang kurang beruntung dibanding kami. Masih harus berboncengan mengenakan mantol. Semoga mereka senantiasa sehat selalu.

Seselesainya perawatan, kami langsung pulang ke rumah, karena hari sudah malam. Sudah jam 10.

Setelah menurunkan Bapak dan Ibu di rumah, aku langsung pulang ke rumahku, sendirian. Belum ada yang aneh dengan mobilku saat itu. Hingga tiba di depan gerbang rumah, hampir saja pagar rumah yang catnya sudah mulai mengelupas itu, aku tabrak.

Ada yang aneh. Tidak seperti biasanya, pedal rem terasa sangat ringan tapi dalam. Waduh, apalagi ini?

Akhirnya pelan-pelan kumasukkan mobil ke garasi, dengan dipandu tukang parkir cantik, yang meminta bayarannya sebulan sekali sehabis gajian.

Langsung kubuka kap mobil. Dan mengecek oli rem. Habis! Waduh.

Ya sudahlah besok bawa ke bengkel, pikirku.

Keesokan harinya, hari Minggu, hari yang cukup padat membuatku melupakan PR tentang rem. Hingga malam tiba, waktunya mengantar istriku pergi dinas shift malam. Hujan lagi. Dan istri bilang pakai mobil aja. Waduh.

Setelah kuberitahu keadaan rem mobil, istriku akhirnya setuju mengingat masa pacaran, pakai mantol.

Sepulang mengantar istriku bekerja, aku menyelusuri jalanan Jogja sambil tengok kiri kanan. Siapa tahu ada bengkel mobil yang masih buka. Untung saja masih ada satu bengkel yang, sebenarnya sudah tutupnamun pintu masih terbuka.

Ada salah satu mas yang baik, menanyakan masalahku. Hingga akhirnya mau membuka bengkelnya untuk mengambilkan oli rem merk Cast*ol. Sesampainya di rumah langsung kuisi penuh reservoir minyak rem.

Senin pagi, sebelum berangkat kerja, aku mengecek fungsi rem. Masih tidak normal, dan tangki minyak rem kembali berkurang. Ternyata ada kebocoran minyaj rem di ban belakang. Waduh.

Aku tetap berangkat kantor, sesuai tugasku. Hingga setengah hari, aku ijin ke bengkel.

Nah perjalanan dari rumah ke bengkel ini yang membuat keringat dingin. Bagaimana tidak, bawa mobil matic, remnya blong. Sambil berdoa, aku menyetir perlahan. Dua puluh tiga puluh dua puluh. Sekitar itu lah kecepatannya.

Hingga akhirnya sampai bengkel di daerah Cabakan. Kira-kira dua kilometer dari rumahku.

Montir mengecek kondisi mobilku. Dan benar, kampas rem aus yang mengakibatkan minyak rem bocor. Satu-satunya solusi adalah ganti kampas rem. Berapa biayanya? Lamakah pengerjaannya?

Aku belum tau, karena saat menulis ini, aku masih berada di bengkel, menunggu selesainya perbaikan mobilku.

Jangan sampai kalian mengalami rem blong ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *