Hari Kedua
Contents
Ini cerita hari kedua kami isolasi mandiri di rumah.
Pagi-pagi kami bangun sperti biasa, keluar dari kamar yang berbeda. Istri membuat sarapan segelas milo, dengan, sebelumnya, tak lupa cuci tangan pakai sabun. Kemudian aku mandi.
Setelahnya aku bersiap menuju ke RS Panti Rapih untuk melakukan Rapid Swab Antigen. Kenapa antigen yang dipilih? Karena tingkat akurasi yang mencapai 98% dan hasil yang keluar pada hari yang sama. Intinya cepat, tepat, dan hemat.
Saya memilih melakukan swab mandiri, sebagai pedoman teman2 kantor untuk tindak lanjut berikutnya. Jika saya positif, berarti teman sekantor kena tracing. Jika saya negatif, semoga mereka bisa bernafas lega.
Saya memilih melakukan swab mandiri, sebagai pedoman teman2 kantor untuk tindak lanjut berikutnya. Jika saya positif, berarti teman sekantor kena tracing. Jika saya negatif, semoga mereka bisa bernafas lega.
Setelah mengisi biodata dan berbagai form, sampai giliran saya diswab. Ternyata untuk swab antigen, pengambilan sampel hanya melalui hidung saja. Tidak melalui mulut. Rasanya seperti sebelumnya, tidak nyaman. Tapi masih bisa diatasi.
Setelah selesai swab, hasil nanti akan dikirimkan via WA, begitu ujar petugas. Akhirnya saya pulang ke rumah. Dan seperti biasa selalu cuci tangan pakai sabun sebelum masuk rumah.
Kami melakukan aktivitas seperti biasa, hanya saja tetap menggunakan masker, dan jaga jarak. Saya tetap bekerja dari rumah. Kebetulan ada beberapa hal yang bisa saya kerjakan. Sambil istri memasak untuk makan siang.
Tepat setelah makan siang, sekitar jam setengah 2, hasil rapid swab antigen saya keluar. Dan ternyata saya NEGATIF, sesuai harapan istri, agar membuat teman-teman saya lega.
Namun hal itu menimbulkan kebimbangan bagi kami, karena istri POSITIF dan saya NEGATIF, otomatis amannya saya harus berpisah dengan istri. Salah satu alternatif adalah balik ke rumah orangtua yg berjarak kurang lebih 1 km saja.
Akhirnya saya berkonsultasi ke puskesmas, bagaimanakah sebaiknya.
Oleh petugas puskesmas, dianjurkan untuk tetap di rumah saja, mengurangi resiko penularan ke tempat lain.
Maka dari itu kami sepakat untuk tetap tinggal serumah. Beda kamar, beda kamar mandi, selalu pakai masker, sering cuci tangan dan jarak minimal 1 meter.
Suami mana yang tega berpisah dengan istri dalam kondisi seperti ini?
Saya tidak tega.
Setelah sepakat, kami lalu melapor ke pengurus warga setempat. Dan respon mereka luar biasa baik. Kami ditawarkan banyak bantuan dari warga sekitar. Terima kasih dan mohon maaf.
Saya juga melapor ke pengurus gereja, karena kami aktif dalam kegiatan. Responnya pun tidak kalah baik, seluruh kegiatan gereja di sekitar lingkungan saya, ditiadakan. Terimakasih dan mohon maaf.
Malam hari mendapat kabar bahwa istri akan dijadwalkan swab berikutnya pada hari kamis 31 Des.
Dan saya akan swab di puskesmas besok sabtu tgl 26 Des. Semoga semua hasilnya negatif.
Terimakasih teman-teman yang selalu mendukung, terima kasih juga keluarga yang selalu support. Semoga kami bisa melewati hari-hari berikutnya dengan lebih mudah. H-2 menuju Natal.