Di suatu pagi yang cukup dingin di bulan Agustus, aku menggoncang tubuh istriku perlahan. Saat dia sudah mulai membuka mata, kuambil henfonnya yg sedari beberapa saat lalu berdering. “Ayo bangun, sudah jam 5 lho,” kataku. Beranjaklah dia dari tempat tidur setelah ngulet beberapa kali.
Akupun segera ikut bangun. Istriku bergegas ke kamar mandi karena hari itu dia dinas pagi. Aku meregangkan tubuh beberapa kali, lalu berjalan sempoyongan ke arah dapur. Sapu kuambil, kugeser-geser perlahan menggelitik lantai.
Belum saja lantai ruang tamu selesai dibersihkan, istriku sudah keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk putih yang sudah sedikit menyoklat. Aku pun menyapanya.
“Selamat pagi istriku yang sudah tidak bau iler,” ucapku sambil menguap. Nyam, nyam, nyam. Seperti layaknya insan manusia yang belum gosok gigi.
“Lagi makan apa mas, keliatannya enak? Gadul (jigong) ya? ” balasnya.
“Iya, enak banget. Ga pedes,” sahurku sambil tersenyum lebar bak anak tak punya dosa.
Diapun lantas tertawa terbahak-bahak.
Ruang tamu, dua kamar, dan teras sudah selesai disapu. Kulihat istriku sudah hampir selesai sarapan. Garasi kubuka, aku mengeluarkan motor istriku perlahan. Masih sedikit sempoyongan soalnya. Pukul 6 tepat istriku berangkat kerja dengan sangu pesan hati-hati di jalan.
Kuambil handuk karena sadar akupun harus berangkat kerja pagi. Biar ga terlambat. Biar ga dipotong-potong gajinya.
Di saat mandi aku pun tersadar dari kejadian tadi. Bahwa gadul adalah
Makanan Favorit.